top of page
Writer's pictureAfandi Madjid

Mengapa Disrupsi RuangGuru Menembus Pasar Bimbingan Belajar Konvensional Belum Optimal ?



Okey.


Saya akan menjawab dari perspektif yang lebih luas yakni dari perkembangan platform educational Technology dan dari prespektif masyarakat umum.


Diakui kehadiran inovasi dalam bidang teknologi dewasa ini juga membawa implikasi terhadap "budaya belajar" yang umumnya dilakukan secara klasikal dan konvensional lambat laun menjadi serba digital dan online. Hal ini tentu memberikan banyak keuntungan dan kemudahan baik bagi guru maupun bagi siswa sebagai penerima materi dan pengetahuan. Akan tetapi laju dan masifnya perkembangan sebuah inovasi juga perlu diimbangi dengan faktor-faktor lain yang sepatutnya juga mendukung, seperti sarana-prasarana, pola pikir, kemampuan dan kompetensi SDM, budaya belajar, dan lain sebagainya.


Sesuai pertanyaan yang sudah diajukan, maka disrupsi yang dilakukan oleh Ruangguru secara masif dan konsisten untuk memperkenalkan produk dan layanan yang mereka miliki untuk menggaet pelanggan lebih banyak, namun faktanya ternyata belum optimal. Nah, menurut hemat saya hal ini disebabkan oleh 3 Faktor.


Kompetensi dan Kesiapan SDM Terkait dalam Menerima Inovasi Baru


Di negara dunia pertama seperti eropa dan amerika, SDM terkait seperti para guru, siswa dan pelaku pendidikan sudah siap menerima hadirnya inovasi berbagai layanan bimbingan belajar online, sehingga tidak perlu sebuah proses adaptasi yang panjang dan makro ketika hendak menggunakan dan memanfaatkan layanan belajar online.


Akan tetapi di Indonesia selayaknya negara berkembang, SDM yang kompeten sangatlah minim dan terbatas, "Pembelajaran dan Pendidikan" masih dianggap sebagai sebuah proses Klasik di mana seorang anak harus ke sekolah lalu bertemu dengan gurunya dan terjadi proses belajar mengajar. Sebenarnya tidak ada yang salah, bukankah dengan budaya pembelajaran klasik seperti ini, banyak hal yang bisa diperoleh baik siswa maupun pada guru, seperti guru dapat mengenal karakter dan afektif siswa, siswa juga bisa melakukan bimbingan dan konsultasi secara langsung kepada guru.


Platform ruang belajar online, seperti ruangguru dianggap belum lazim dan belum mampu menggantikan proses pembelajaran klasikal, dan itu diaminkan oleh semua stakeholder pendidikan. Pada intinya Platform belajar online secara fungsi dan tujuan diakui belum dapat berfungsi untuk "menggantikan" proses pembelajaran tradisional, melainkan dilihat hanya sebagai "pelengkap" pembelajaran klasikal.


Ketersediaan Akses


Harus diakui bahwa masalah di indonesia tidak sebatas pada ranah kompetensi dan kesiapan SDM semata, melainkan juga problematika pemerataan akses sarana-prasarana yang mendukung proses pendidikan, seperti Jaringan internet dan pengadaan komputer / tablet untuk sekolah-sekolah.


Akses internet yang terbatas dan tidak merata ini mengakibatkan Platform belajar online seperti Ruangguru tidak mampu dijangkau dan diakses oleh guru dan siswa/i di daerah pelosok dan pedalaman, sehingga mayoritas pengguna Ruangguru yang menurut statistik tembus 9 juta user pada 2018 dan target 10 juta di tahun 2019, diakui hanya kalangan anak-anak dan para guru yang bermukim di kota dengan ketersediaan akses internet yang lancar dan secara strata sosial adalah kalangan menengah ke atas.


Tidak Gratis Seperti ……


Platform Ruangguru memang dikembangkan dengan tujuan komersial alias untuk mendapatkan keuntungan, layaknya platform ojek daring (Go-jek dan Grab) yang mempertemukan pengguna dengan driver, sementara Ruangguru mempertemukan guru (tutor) dan murid. Wajar saja jika Platform seperti ini bersifat premium dan perlu membayar / menyewa ketika ingin digunakan, karena memang dalam tahap riset,pengembangan, dan operasional membutuhkan biaya yang relatif banyak.


Tetapi juga harus diakui bahwa masyarakat di negara ini, belum sepenuhnya siap dengan layanan seperti ini. Masyarakat kita masih terbiasa dan dibiasakan dengan budaya yang serba free, "Kalau ada yang gratis kenapa harus bayar". Begitu kira-kira anggapan umum yang melekat dalam pola pikir masyarakat. Apalagi dengan susahnya mencari pekerjaan dan UMR yang hanya bisa dipakai untuk membeli sembako dan membayar listrik, maka untuk menyewa dan menggunakan jasa belajar online, mungkin jauh dari bayangan dan pikiran para orangtua.

Salah satu alasannya ya ada ini…..



dan ini.....



Dengan ada dua platform di atas (walaupun secara tujuan dan fungsi sedikit berbeda), namun nampaknya sudah mampu menjawab sedikit alasan mengapa layanan bimbingan belajar online premium seperti Ruangguru sulit berkembang. Ya karena "Kalau ada yang gratis,untuk apa bayar". Bahkan dengan dua platform tersebut, kita bisa menjangkau informasi dan pengetahuan hampir tak terbatas, apapun yang kamu cari dan butuhkan hampir pasti ada dan tersedia, juga paling penting adalah dapat diakses secara"gratis".


Jadi, mengapa promosi yang masif dan inovasi yang ditawarkan Platform Belajar online seperti Ruangguru kurang memberikan pengaruh pada peningkatan ekosistem pengguna secara merata, Sebab kenyataan yang ada pada akar rumput, rupanya tidak semenarik dan maju selayaknya yang tampak di permukaan, seperti halnya layanan dan produk yang ditawarkan oleh Platfrom Online Learning saat ini.


Nampaknya para pengembang luput dan abai terhadap aspek mendasar yang perlu diperhatikan seperti kondisi dan keadaan sasaranya, dimana para guru dan murid, serta fasilitas yang ada, belumlah mampu memenuhi kriteria dan persyaratan yang ditawarkan oleh Platfrom online learning yang menjanjikan future orientend yaitu budaya belajar masa depan yang serba berbasis "online". Butuh waktu juga proses, dan kita sedang berjalan ke arah sana, yang tentu saja tidak bisa dicapai dengan hasil yang instan.


SEKIAN & Terimakasih.

CMIIW



Note : artikel ini adalah jawaban saya yang dimuat pada forum pertukaran pengetahuan Qoura indonesia.

14 views0 comments

Comments


bottom of page